(L. Rosinta H.P. Purba)
”Kita
dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya”
(Surat Kartini kepada Nyonya Abendon, Agustus 1900)
Selayang
pandang Kartini
25
tahun adalah rentangan hidup R.A. Kartini, artinya umur kemampuan gerakan nya
bahkan tidaklah sepanjang umur merdekanya Bangsa Indonesia dari Penjajahan
Bangsa asing, beberapa bulan kedepan Insullinde-Pulau
Hindia (sebutan Indonesia pada buku “Multatuli” Max Havelaar) akan masuk dalam euforia 69 tahun kemerdekaan. Pada
tanggal 21 April 1879 R.A. Kartini lahir, tumbuh dan berkembang dari keluarga
terpandang Jawa. Adat istiadat dipegang teguh selama umur hidupnya, mulai dari
kebiasaan tunduk dan patuh pada setiap ajaran budaya Jawa sampai dipingit!
Mengisi harinya selama proses tersebut dihabiskan dengan membaca dan belajar. Baginya pendidikan adalah
harga mati untuk proses pencerdasan. Hal itu dilanjutkannya pula dengan mengajarkan sahabat-sahabatnya
baca-tulis.
Perkembangan Feminisme Dunia
Feminisme adalah pergerakan menuntut kemerdekaan perempuan atau kesamaan keadilan hak dengan pria. Berasal dari bahasa Latin "femina" yaitu perempuan. Pergerakan para feminis diberbagai negara dimulai akhir abad 18 sampai awal abad 20 dengan tokohnya yang terkenal Foucault.
Menitikberatkan pada arah pergerakan kaum feminis yang sempat mendapat momentum besar sejarah tahun 1960-an dalam perkembangan ideologi "persamaan hak bagi perempuan dalam bidang politik dan ekonomi". Sistem patriarki tidaklah semanis tampilan luarnya, kaum feminis beranggapan bahwa patriarki merupakan proses memarjinalkan peran dan fungsi-fungsi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Tahapan tersebut mendapatkan respon positif dimana-mana dan disambut baik terwujud dari timbulnya kaum feminis radikal, sosialis, marxis sampai anarkis yang pada runtuhnya gerakan sporadis tersebut.
Refleksi
Arah Pergerakan Feminisme Kartini
Beberapa surat Kartini bagi sahabatnya yang sempat diabadikan, salah satunya di poskan kepada Prof. Anton dan Nyonya pada tanggal 04 Oktober 1901
"Pergilah, laksanakan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan. Bekerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas. Dibawah hukum yang tidak adil dan paham-paham palsu tentang mana yang baik dan mana yang jahat. Pergi! Pergilah! berjuang dan menderitalah, tetapi bekerja untuk kepentingn yang abadi".
Kemerdekaan perempuan yang diperjuangan
Kartini bukanlah hanya sekedar perjuangan gender, artinya bukanlah untuk menghilangkan
peran-peran pria dan menegaskan bahwa pria tidaklah dibutuhkan. Lebih dari itu,
ada sebuah makna mulia yang menjadi dasar perjuangannya. Perempuan adalah tokoh
peradaban. Dalam beberapa ajaran kepercayaan, Perempuan memiliki tempat yang khas
dalam kaitannya dengan pria yaitu penolong yang sepadan. Peluang yang bisa
diolah adalah begitu strategis posisi perempuan dalam setiap aspek kehidupan
bermasyarakat dalam penanaman
nilai-nilai moral, etika dan kebaikan-kebaikan tidak terlepas dari peranan
perempuan sebagai ibu bagi keluarganya, perempuan sebagai pendidik dan pengajar
maupun perempuan sebagai pekerja. Feminisme
persepsi Kartini bertujuan memerdekakan pikiran perempuan, memerdekan perempuan
dari setiap proses penumpulan otak.
Perempuan merdeka yang seperti apakah yang
diperjuangan Kartini? Paham perempuan merdeka versi Kartini adalah mereka yang
tidak melupakan kodratnya sebagai perempuan dalam setiap posisi strategisnya
namun tetap tegas dan teguh dalam setiap pilihan untuk hidupnya. Memiliki
keberanian secara mandiri untuk menentukan dan mewujudkan apa yang menjadi passion nya tanpa intervensi dari
siapapun termasuk dari budaya yang mengakar dalam darah sekalipun. Tidak lepas
dari itu, penegasan Kartini dalam setiap perjuangan nya adalah kaum pria bukan
menjadi musuh atau saingan yang harus dikalahkan dengan anggapan perempuan
mampu dan bisa melakukan apapun tanpa pria, bukan, bukan demikian! Pria dalam
persepsi Kartini, tidak jauh berbeda dengan ajaran beberapa Agama adalah
menempatkan pria sebagai mitra yaitu rekan sekerja sebagai tim. Kemandirian dan
kemerdekaan perempuan tidak terbatas hanya bagi kebaikan diri sendiri, kebaikan
yang diterima tak ayal dibagikan pertama bagi orang terdekat. Kartini
menegaskan betapa mulianya makna dan nilai dari berjuang bagi orang-orang yang
tertindas. Membagikan kebaikan yang telah diterima bagi
orang lain.
Akankah idealisme Kartini mampu membangkitkan gerakan kaum feminis-feminis baru yang tentu saja dilandasi feminisme versi Kartini. Gerakan memerdekakan fikiran dan cara pandang leluasa bahkan lebih "liar" para perempuan-perempuan. Melepaskan cengkeraman berfikir tentang perempuan yang "seharusnya". Perempuan bukan barang hasil olahan pabrik, barang jadi yang dibentuk untuk menjadi pelayan, melayani dalam derajat kasta terendah. Menantikan dan mengharapkan kegerakan baru dalam porsi perempuan yang lebih alami. Perempuan yang tangguh, cerdas, peka dan mampu masuk kedalam setiap sektor kehidupan bermasyarakat. Perannya yang lebih luwes dan mewarnai komunitas-komunitas terkecil sampai jangkauan terluas. Menghasilkan perempuan Ideola yang sungguh menjadi idola dalam aksi dan kepemimpinan ide 'berjuang dengan terlibat'. Semoga!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar