Kelurahan bakung terletak di
pinggiran barat kota Bandar lampung dengan jumlah penduduk 6283 jiwa pada tahun
2013. Jikadilihatdari jumlah penduduk tersebut jumlah yang belum bersekolah adalah
sekitar 1073 jiwa. Mata pencaharian yang umum di kelurahan adalah Petani/Nelayan
dan Buruh.Di samping itu juga, masyarakat di bakung juga banyak pemulung, yang
menggantungkan hidupnya dari sampah yang di hantarkan mobil-mobil truk setiap harinya.
Jumat dan sabtu pukul 16.00 WIB, seperti
biasa menjadi hari dan jam yang dinanti-nantikan 41 anak, berusia 2 (dua)
hingga 12 (dua belas) tahun. Langkah-langkah kaki yang lincah berlari dengan
semangat, menghampiri beberapa mahasiswayang baru saja tiba dengan sepeda
motor, di rumah sederhana itu. Memberikan pengajaran dan pembelajaran untuk 41 anak-anak
yang juga berkerja sebagai pemulung, menjadi tujuan kedatangan mereka.
Misi
pelayanan ini sebenarnya sudah dirintis oleh ibu lily, yang menjadi founder
tidak resmi, semata-mata hanya untuk pelayanan sosial. Pembinaan anak-anak di Bakung
merupakan wujud bakti dan kepedulian bersama yang menjadi harapan terwujudnya
sumberdaya manusia yang berkualitas. Dan akhirnya dilanjutkan oleh teman-teman yang
tergabung dalam tim penyelenggara Sanggar Harapan.
Meski
sudah mengantongi izin dari kelurahan dan pihak TPA namun selama proses
pengajaran dan pembelajaran telah mengalami beberapa kali perpindahan lokasi
tempat mengajar. Belum adanya tempat yang tersedia secara permanen menjadi
penyebab utama berbagai masalah yang muncul. Pengajaran sempat berlangsung di
teras kantor TPA Bakung yang secara langsung berhadapan dengan gunungan sampah,
tim penyelenggara yang mendapat pengarahan dari berbagai pihak; DPC PMKRI Cab. B.
Lampung, Yuli Nugrahani, Bondan Wicaksana, Asido H.P, Hanny Ika Yuni, Markus Triwahyudi, dll berencana membangun Sanggar yang
dirancangkan sebagai tempat belajar anak-anak termasuk rencana program PKBM.
Disadari
bahwa diperlukan metode yang berbeda dengan anak didik dalam kelas, dalam memberikan bahan ajar bagi anak didik
di kecamatan bakung. Usia dan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda
menjadi tantangan yang tidak mudah.
Penanaman dan pembelajaran nilai, moral, sikap, dan tingkah laku menjadi hal
yang lebih diprioritaskan bagi anak-anak tersebut. Karena proses pengajaran dan
pembelajaran yg efektif dilakukan hanya
sekitar 2-3 jam dalam 1 minggu dan selebihnya sekitar 60 jam dalam 1 minggu
mereka berada dalam suasana yang berbeda dan dikembalikan lagi kepada kehidupan
real yang mereka jalani. Pengajaran
yang paling efektif diperlukan untuk
mengisi 3 jam dalam 1 minggu tersebut, penanaman moral, attitude, dan nilai menjadi materi padat dalam 3 jam tersebut disamping
pemberian bahan pelajaran dasar yaitu Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa
Inggris yang terangkum dalam silabus pembelajaran.
Keterbatasan alat dan fasilitas ajar juga menjadi
salah satu faktor penghambat proses
belajar-mengajar. Namun daripada itu, pembinaan anak pemulung di Bakung masih
mendapat tanggapan positif dari beberapa pihak, baik berupa tenaga pendidik
yang semakin konsisten dalam mengajar, maupun konsep dan metode pembelajaran yang variatif
yang sering di musyawarahkan dan ini menjadi suatu semangat untuk terus
berkarya. Pembinaan ini diharapkan akan menyiapkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sehingga menjadi ekspektasi kedepan bahwa semua pihak baik
perorangan maupun kelompokdari golongan, organisasi, lembaga apapun dapat memberikan
kontribusi dalam berbagai bentuk baik tenaga, konsep, materi, fasilitas, dana dan
sebagainya. Karena menjadi keyakinan bahwa, kegiatan ini tidak akan instan dan
dapat dirasakan secara cepat, namun menjadi program yang kontinyu dan aktif
bahkan berkembang dalam rentangan waktu yang tidak sebentar. Namun akan
memberikan harapan bagi masyarakat TPA Bakung khususnya anak-anak usia sekolah
yang tidak mengenyam bangku pendidikan formal untuk menyambung pengetahuan
akademis, semoga!
(L.
Rosinta H. P. Purba)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar