Minggu, 13 April 2014

FEMINISME PERSEPSI R.A. KARTINI

(L. Rosinta H.P. Purba)

”Kita dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita sepenuhnya” (Surat Kartini kepada Nyonya Abendon, Agustus 1900)

Selayang pandang Kartini

25 tahun adalah rentangan hidup R.A. Kartini, artinya umur kemampuan gerakan nya bahkan tidaklah sepanjang umur merdekanya Bangsa Indonesia dari Penjajahan Bangsa asing, beberapa bulan kedepan Insullinde-Pulau Hindia (sebutan Indonesia pada buku “Multatuli” Max Havelaar) akan masuk dalam euforia 69 tahun kemerdekaan. Pada tanggal 21 April 1879 R.A. Kartini lahir, tumbuh dan berkembang dari keluarga terpandang Jawa. Adat istiadat dipegang teguh selama umur hidupnya, mulai dari kebiasaan tunduk dan patuh pada setiap ajaran budaya Jawa sampai dipingit! Mengisi harinya selama proses tersebut dihabiskan dengan membaca dan belajar. Baginya pendidikan adalah harga mati untuk proses pencerdasan. Hal itu dilanjutkannya pula dengan mengajarkan sahabat-sahabatnya baca-tulis. 

Perkembangan Feminisme Dunia
Feminisme adalah pergerakan menuntut kemerdekaan perempuan atau kesamaan keadilan hak dengan pria. Berasal dari bahasa Latin "femina" yaitu perempuan. Pergerakan para feminis diberbagai negara dimulai akhir abad 18 sampai awal abad 20 dengan tokohnya yang terkenal Foucault.

Menitikberatkan pada arah pergerakan kaum feminis yang sempat mendapat momentum besar sejarah tahun 1960-an dalam perkembangan ideologi "persamaan hak bagi perempuan dalam bidang politik dan ekonomi". Sistem patriarki tidaklah semanis tampilan luarnya, kaum feminis beranggapan bahwa patriarki merupakan proses memarjinalkan peran dan fungsi-fungsi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Tahapan tersebut mendapatkan respon positif dimana-mana dan disambut baik terwujud dari timbulnya kaum feminis radikal, sosialis, marxis sampai anarkis yang pada runtuhnya gerakan sporadis tersebut.

Refleksi Arah  Pergerakan Feminisme Kartini

Beberapa surat Kartini bagi sahabatnya yang sempat diabadikan, salah satunya di poskan kepada Prof. Anton dan Nyonya pada tanggal 04 Oktober 1901
"Pergilah, laksanakan cita-citamu. Bekerjalah untuk hari depan. Bekerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas. Dibawah hukum yang tidak adil dan paham-paham palsu tentang mana yang baik dan mana yang jahat. Pergi! Pergilah! berjuang dan menderitalah, tetapi bekerja untuk kepentingn yang abadi".
Kemerdekaan perempuan yang diperjuangan Kartini bukanlah hanya sekedar perjuangan gender, artinya bukanlah untuk menghilangkan peran-peran pria dan menegaskan bahwa pria tidaklah dibutuhkan. Lebih dari itu, ada sebuah makna mulia yang menjadi dasar perjuangannya. Perempuan adalah tokoh peradaban. Dalam beberapa ajaran kepercayaan, Perempuan memiliki tempat yang khas dalam kaitannya dengan pria yaitu penolong yang sepadan. Peluang yang bisa diolah adalah begitu strategis posisi perempuan dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat  dalam penanaman nilai-nilai moral, etika dan kebaikan-kebaikan tidak terlepas dari peranan perempuan sebagai ibu bagi keluarganya, perempuan sebagai pendidik dan pengajar maupun perempuan sebagai pekerja.  Feminisme persepsi Kartini bertujuan memerdekakan pikiran perempuan, memerdekan perempuan dari setiap proses penumpulan otak.

Perempuan merdeka yang seperti apakah yang diperjuangan Kartini? Paham perempuan merdeka versi Kartini adalah mereka yang tidak melupakan kodratnya sebagai perempuan dalam setiap posisi strategisnya namun tetap tegas dan teguh dalam setiap pilihan untuk hidupnya. Memiliki keberanian secara mandiri untuk menentukan dan mewujudkan apa yang menjadi passion nya tanpa intervensi dari siapapun termasuk dari budaya yang mengakar dalam darah sekalipun. Tidak lepas dari itu, penegasan Kartini dalam setiap perjuangan nya adalah kaum pria bukan menjadi musuh atau saingan yang harus dikalahkan dengan anggapan perempuan mampu dan bisa melakukan apapun tanpa pria, bukan, bukan demikian! Pria dalam persepsi Kartini, tidak jauh berbeda dengan ajaran beberapa Agama adalah menempatkan pria sebagai mitra yaitu rekan sekerja sebagai tim. Kemandirian dan kemerdekaan perempuan tidak terbatas hanya bagi kebaikan diri sendiri, kebaikan yang diterima tak ayal dibagikan pertama bagi orang terdekat. Kartini menegaskan betapa mulianya makna dan nilai dari berjuang bagi orang-orang yang tertindas. Membagikan kebaikan yang telah diterima bagi orang lain.

Akankah idealisme Kartini mampu membangkitkan gerakan kaum feminis-feminis baru yang tentu saja dilandasi feminisme versi Kartini. Gerakan memerdekakan fikiran dan cara pandang leluasa bahkan lebih "liar" para perempuan-perempuan. Melepaskan cengkeraman berfikir tentang perempuan yang "seharusnya". Perempuan bukan barang hasil olahan pabrik, barang jadi yang dibentuk untuk menjadi pelayan, melayani dalam derajat kasta terendah. Menantikan dan mengharapkan kegerakan baru dalam porsi perempuan yang lebih alami. Perempuan yang tangguh, cerdas, peka dan mampu masuk kedalam setiap sektor kehidupan bermasyarakat. Perannya yang lebih luwes dan mewarnai komunitas-komunitas terkecil sampai jangkauan terluas. Menghasilkan perempuan Ideola yang sungguh menjadi idola dalam aksi dan kepemimpinan ide 'berjuang dengan terlibat'. Semoga!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar