Minggu, 13 April 2014

SANGGAR HARAPAN BAKUNG



Kelurahan bakung terletak di pinggiran barat kota Bandar lampung dengan jumlah penduduk 6283 jiwa pada tahun 2013. Jikadilihatdari jumlah penduduk tersebut jumlah yang belum bersekolah adalah sekitar 1073 jiwa. Mata pencaharian yang umum di kelurahan adalah Petani/Nelayan dan Buruh.Di samping itu juga, masyarakat di bakung juga banyak pemulung, yang menggantungkan hidupnya dari sampah yang di hantarkan mobil-mobil truk setiap harinya. Jumat  dan sabtu pukul 16.00 WIB, seperti biasa menjadi hari dan jam yang dinanti-nantikan 41 anak, berusia 2 (dua) hingga 12 (dua belas) tahun. Langkah-langkah kaki yang lincah berlari dengan semangat, menghampiri beberapa mahasiswayang baru saja tiba dengan sepeda motor, di rumah sederhana itu. Memberikan pengajaran dan pembelajaran untuk 41 anak-anak yang juga berkerja sebagai pemulung, menjadi tujuan kedatangan mereka.
Misi pelayanan ini sebenarnya sudah dirintis oleh ibu lily, yang menjadi founder tidak resmi, semata-mata hanya untuk pelayanan sosial. Pembinaan anak-anak di Bakung merupakan wujud bakti dan kepedulian bersama yang menjadi harapan terwujudnya sumberdaya manusia yang berkualitas. Dan akhirnya dilanjutkan oleh teman-teman yang tergabung dalam tim penyelenggara Sanggar Harapan.
Meski sudah mengantongi izin dari kelurahan dan pihak TPA namun selama proses pengajaran dan pembelajaran telah mengalami beberapa kali perpindahan lokasi tempat mengajar. Belum adanya tempat yang tersedia secara permanen menjadi penyebab utama berbagai masalah yang muncul. Pengajaran sempat berlangsung di teras kantor TPA Bakung yang secara langsung berhadapan dengan gunungan sampah, tim penyelenggara yang mendapat pengarahan dari berbagai pihak; DPC PMKRI Cab. B. Lampung, Yuli Nugrahani, Bondan Wicaksana, Asido H.P, Hanny Ika Yuni, Markus Triwahyudi, dll berencana membangun Sanggar yang dirancangkan sebagai tempat belajar anak-anak termasuk rencana program PKBM.
Disadari bahwa diperlukan metode yang berbeda dengan anak didik dalam kelas,  dalam memberikan bahan ajar bagi anak didik di kecamatan bakung. Usia dan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda menjadi  tantangan yang tidak mudah. Penanaman dan pembelajaran nilai, moral, sikap, dan tingkah laku menjadi hal yang lebih diprioritaskan bagi anak-anak tersebut. Karena proses pengajaran dan pembelajaran yg efektif dilakukan  hanya sekitar 2-3 jam dalam 1 minggu dan selebihnya sekitar 60 jam dalam 1 minggu mereka berada dalam suasana yang berbeda dan dikembalikan lagi kepada kehidupan real yang mereka jalani. Pengajaran yang paling  efektif diperlukan untuk mengisi 3 jam dalam 1 minggu tersebut, penanaman moral, attitude, dan nilai menjadi materi padat dalam 3 jam tersebut disamping pemberian bahan pelajaran dasar yaitu Matematika, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris yang terangkum dalam silabus pembelajaran.
Keterbatasan alat dan fasilitas ajar juga menjadi salah satu faktor  penghambat proses belajar-mengajar. Namun daripada itu, pembinaan anak pemulung di Bakung masih mendapat tanggapan positif dari beberapa pihak, baik berupa tenaga pendidik yang semakin konsisten dalam mengajar, maupun  konsep dan metode pembelajaran yang variatif yang sering di musyawarahkan dan ini menjadi suatu semangat untuk terus berkarya. Pembinaan ini diharapkan akan menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga menjadi ekspektasi kedepan bahwa semua pihak baik perorangan maupun kelompokdari golongan, organisasi, lembaga apapun dapat memberikan kontribusi dalam berbagai bentuk baik tenaga, konsep, materi, fasilitas, dana dan sebagainya. Karena menjadi keyakinan bahwa, kegiatan ini tidak akan instan dan dapat dirasakan secara cepat, namun menjadi program yang kontinyu dan aktif bahkan berkembang dalam rentangan waktu yang tidak sebentar. Namun akan memberikan harapan bagi masyarakat TPA Bakung khususnya anak-anak usia sekolah yang tidak mengenyam bangku pendidikan formal untuk menyambung pengetahuan akademis, semoga!
(L. Rosinta H. P. Purba)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar